Memilih nama domain seharusnya tidak terasa seperti menamai anak pertama kamu di tengah krisis kafein —

…tapi karena ratusan juta nama sudah dipakai, rasanya memang seperti itu.

Lewat panduan tanpa basa-basi ini, kamu akan belajar bagaimana mencari nama domain yang pendek, cerdas, mudah diingat — dan yang paling penting, masih tersedia. Kita akan skip istilah teknis ribet dan langsung bantu kamu menemukan alamat web yang pas.

TL;DR: Ciri-Ciri Nama Domain yang Bagus

  • Pendek, mudah dieja, dan punya arti
  • Tidak memakai angka atau tanda hubung
  • Menggunakan ekstensi domain yang relevan atau kreatif
  • Tidak melanggar merek dagang atau terlihat spammy
  • Kalau bisa, username media sosial juga tersedia

Apa Itu Nama Domain?

Nama domain (atau cukup disebut “domain”) adalah rangkaian karakter yang jadi identitas unik suatu entitas atau area kendali di Internet. Saat ini, istilah “nama domain” paling sering digunakan untuk merujuk pada penanda yang mudah diingat untuk sebuah website, yang disimpan di komputer khusus bernama server.

Misalnya, situs Wikipedia bisa ditemukan di domain www.wikipedia.org, dan versi berbahasa Jerman-nya ada di de.wikipedia.org.

Sementara komputer lain akan mengenali website itu lewat alamat IP (yang berupa deretan angka, seperti 91.198.174.192 untuk Wikipedia), manusia lebih suka menggunakan nama domain — karena jauh lebih gampang diingat daripada angka acak.

Karena hosting bersama (shared hosting) sangat umum, penting juga untuk tahu bahwa meskipun satu alamat IP bisa dikaitkan dengan satu server, server itu bisa menampung banyak website sekaligus. Dalam kasus ini, tiap domain diarahkan ke folder tersendiri di dalam server yang menyimpan file website-nya masing-masing.

Agar sistem ini berjalan, tiap domain harus bersifat unik. Hal ini dijamin oleh sistem internasional yang mengelola registrasi domain dan memetakan alamat IP dengan domain yang terdaftar.

Meski kombinasi nama domain hampir tak terbatas, tidak semua rangkaian huruf bisa langsung aktif di web. Untuk itu, domain harus secara resmi didaftarkan di sistem DNS (Domain Name System). Pendaftaran ini dilakukan lewat jasa penyedia domain seperti GoDaddy atau Bluehost — kebanyakan dari mereka juga menyediakan layanan hosting, jadi bisa sekalian.

Oh ya — meskipun banyak yang menyebut “membeli” domain, sebenarnya kamu tidak benar-benar memilikinya. Yang kamu beli adalah hak penggunaan selama jangka waktu tertentu. Kalau masa sewanya habis dan tidak diperpanjang, nama domain itu akan jadi “bebas” lagi dan bisa diambil orang lain.

Struktur Nama Domain

Untuk memahami bagaimana nama domain bekerja, mari kita bongkar contoh Wikipedia yang tadi:

Gampang dilihat bahwa sebuah domain terdiri dari beberapa bagian (disebut “label”) yang dipisahkan oleh titik. Ini mencerminkan struktur hirarki Internet: bagian paling kanan (“org”) disebut top-level domain atau TLD (kadang juga disebut ekstensi), sedangkan label setelahnya dari kanan ke kiri adalah second-level domain dan seterusnya, semakin ke kiri berarti levelnya lebih rendah.

Bagian .org sebagai TLD bisa digunakan oleh banyak domain lain, tapi kombinasi “wikipedia.org” harus tetap unik. Untuk subbagian yang lebih spesifik dari domain itu (seperti versi bahasa), kita bisa pakai third-level domain — dalam contoh ini, “en” untuk versi bahasa Inggris.

Dalam konteks teknis, nama domain ini juga disebut hostname, karena fungsinya adalah mengidentifikasi komputer host (server) yang menyimpan file website tertentu. Jadi, hostname adalah alamat unik dari sebuah sumber daya di Internet. Kalau kita tambahkan metode pengaksesannya (protokol), kita dapat URL (Uniform Resource Locator), atau lebih dikenal sebagai alamat web.

Metode yang paling umum untuk mengakses halaman web adalah HTTP (Hypertext Transfer Protocol). Ini yang biasa muncul di awal URL — misalnya http://wikipedia.org.

Meskipun browser modern sering menyembunyikan bagian ini, kalau kamu salin-tempel alamatnya ke dokumen teks, bagian http:// akan tetap ada di situ.

Ekstensi Domain

Kalau second-level domain bisa berisi kombinasi huruf, angka, dan tanda hubung, maka top-level domain (TLD, atau yang biasa kita sebut ekstensi domain) diambil dari daftar label yang sudah ditentukan, seperti “com”, “org”, “net”, “id”, dan sebagainya. Secara umum, ekstensi ini bisa dikelompokkan jadi tiga:

Ekstensi generik (disebut juga gTLD biar kelihatan keren) adalah jenis TLD yang paling awal dan paling fleksibel penggunaannya. Contohnya, ekstensi .org sering dipakai oleh organisasi nirlaba, .edu untuk institusi pendidikan, dan .com (singkatan dari “commercial”) cocok untuk hampir semua jenis website.

Ekstensi negara (ccTLD) terdiri dari dua huruf dan mewakili situs-situs lokal dari negara tertentu. Misalnya, .id untuk Indonesia, .jp untuk Jepang, dan .eu untuk Uni Eropa. Beberapa dari ekstensi ini punya syarat khusus – misalnya, untuk mendaftarkan domain .eu kamu harus jadi penduduk atau entitas resmi di negara-negara Eropa.

Ekstensi khusus adalah jenis yang lebih baru dan juga paling seru. Selain pilihannya yang jauh lebih banyak (ada ratusan), namanya juga lebih deskriptif dan kadang lucu atau kreatif banget. Misalnya .web, .app, atau bahkan .ninja dan .sucks.

Selain bikin domain kamu terlihat unik, ekstensi-ekstensi baru ini juga membuka banyak peluang untuk bikin nama domain yang lebih pendek, karena kamu nggak harus ngotot cari .com yang udah hampir punah.

Kita akan bahas lebih detail soal memilih kombinasi domain dan ekstensi di bagian selanjutnya — tapi sebelum itu, mari kita lihat dulu perbedaan antara nama domain yang bagus dan yang… meh.

Nama Domain yang Bagus vs. yang Kurang Oke

Menilai nama domain memang agak subyektif (“aku sih kurang suka domain yang pakai angka” dan semacamnya), tapi tetap ada beberapa kriteria penting yang bisa bantu kamu memilih nama yang optimal — baik untuk branding, SEO, maupun kenyamanan pengguna.

  • Punya arti: Karena nama domain mewakili identitas unik suatu website — biasanya bisnis, proyek, atau personal brand — alangkah baiknya kalau namanya punya makna.

    Memang, menemukan nama acak yang belum dipakai lebih gampang, tapi nama seperti “asdkju.com” tidak akan banyak membantu dalam membangun kepercayaan atau identitas online.

    Nama domain yang bermakna lebih mudah diingat dan biasanya juga membangkitkan asosiasi atau emosi tertentu. Contohnya, nama seperti “ertuyewf.com” mungkin masih tersedia, tapi terdengar seperti seseorang malas mikir nama; sedangkan “waitbutwhy.com” langsung terasa menarik dan relevan.

  • Pendek: Secara teknis, nama domain boleh sampai 63 karakter, tapi itu bukan berarti harus sepanjang itu. Justru, makin pendek makin bagus — lebih gampang diingat, lebih mudah diketik, dan terlihat lebih profesional.

    Dulu sempat tren pakai banyak keyword di domain (untuk ranking di Google), tapi zaman itu sudah lewat. Contoh nama yang terlalu panjang?

    www.cool-awesome-keyword-rich-domain-name-of-maximum-allowed-length.com (masih tersedia lho kalau kamu pengen coba 🤷‍♀️)

    Nama yang pendek itu mudah diucapkan, mudah dieja, dan terlihat lebih serius — apalagi sekarang ada banyak TLD alternatif seperti .studio, .dev, atau .space yang bikin kombinasi pendek lebih mungkin ditemukan.

  • Mudah dieja: Ini biasanya otomatis kalau namanya pendek dan bermakna — tapi tetap penting diperhatikan. Bahkan kalau kamu bikin kata baru (misalnya untuk nama brand atau produk), hindari kombinasi huruf yang bisa membingungkan atau punya lebih dari satu cara pengucapan.

    Hindari juga ejaan yang “kreatif” banget atau salah ketik dengan sengaja — misalnya mengganti “for” jadi “4”, atau “you” jadi “u”. Mungkin kamu pikir itu keren, tapi orang lain bisa saja menganggapnya norak dan malah salah ketik waktu mau buka situsmu.

    Begitu juga dengan angka dan tanda hubung — meskipun bisa membantu menemukan nama yang belum dipakai, efek sampingnya adalah: lebih susah diingat, lebih rentan typo, dan terlihat kurang profesional.

  • Tidak bermasalah secara hukum: Ini penting — jangan pakai kata-kata yang menyinggung, vulgar, atau menyerempet merek dagang orang lain. Bisa-bisa kamu dituntut atau diblokir Google.

    Hindari juga trik murahan seperti bikin domain yang mirip banget dengan brand terkenal (misalnya googgle.com atau netfliix.tv). Sekali pengunjung sadar mereka tertipu, kemungkinan besar mereka nggak akan balik lagi. Dan search engine juga nggak akan segan-segan memberi penalti ke domain semacam itu.

Dunia domain terus berkembang. Di 2025, ada beberapa tren menarik yang layak diperhatikan:

  • Branding berbasis keyword: Startup dan proyek baru makin sering menggunakan awalan seperti get, use, atau try sebelum nama produk mereka (misalnya, getnexa.com).
  • Ekstensi kreatif: TLD seperti .xyz, .ai, dan .io sangat populer di kalangan brand teknologi, kripto, dan kecerdasan buatan.
  • Nama domain super pendek: Domain dua hingga lima huruf sangat diminati karena mudah diingat dan terlihat premium.
  • Domain untuk personal branding: Dengan makin banyaknya kreator dan freelancer, banyak yang mulai mengamankan nama domain seperti namadepanbelakang.xyz atau variasi unik lainnya.

Tip: Coba cek marketplace seperti BrandBucket atau Squadhelp untuk inspirasi nama domain keren dan mengikuti tren yang sedang naik daun.

Tips Memilih Nama Domain

Sampai akhir 2024, sudah ada lebih dari 360 juta nama domain yang terdaftar di seluruh dunia, menurut laporan industri Verisign.

Artinya? Banyak banget nama bagus yang sudah diambil (bahkan yang aneh-aneh juga ada yang klaim duluan).

Dalam kondisi seramai itu, mencari domain yang sesuai dengan kebutuhan bisa terasa seperti cari jarum di tumpukan jerami. Tapi tenang — berikut beberapa tips yang bisa membantu:

Untuk cek ketersediaan nama domain yang kamu incar, bisa langsung pakai GoDaddy.

Pertimbangkan kata dan frasa yang relevan: meskipun sekarang stuffing keyword ke domain udah nggak terlalu penting buat SEO, membuat daftar kata-kata kunci terkait proyek kamu tetap sangat membantu. Ini bisa membuka banyak kombinasi baru yang nggak terpikir sebelumnya.

Pakai alat bantu online untuk brainstorming: ada banyak tool gratis untuk bantu kamu menemukan ide nama domain. Beberapa favorit kami:

Dot-o-mator: menghasilkan kombinasi dari keyword dengan awalan dan akhiran yang populer,

generator kami sendiri: mengolah kata kunci kamu jadi ide-ide nama baru lewat teknik pemotongan, penambahan akhiran, dan kombinasi topikal lainnya.

Kedua tool ini juga bisa langsung cek ketersediaan domain — jadi kamu nggak perlu bolak-balik salin nama ke pencarian manual.

Eksperimen dengan ekstensi: satu trik yang mulai populer adalah “menggabungkan” bagian belakang dari second-level domain dengan TLD-nya, seperti yang dilakukan Instagram dulu dengan domain instagr.am.

Beberapa negara punya TLD yang cocok untuk trik ini (contoh: .ly, .me, .io). Tapi pastikan versi .com dari domain kamu tidak dimiliki brand besar — supaya trafikmu nggak nyasar ke sana.

Coba ekstensi baru: sekarang ini udah ada ratusan ekstensi domain selain .com atau .id — dan banyak di antaranya berupa kata utuh yang bisa bantu memperjelas isi website kamu. Beberapa contoh keren:

  • .beer (ya, seriusan!)
  • .ninja (buat kamu yang stealthy)
  • .studio (favorit kami, tentu saja)
  • .tech, .design, .digital — untuk branding yang langsung jelas arahnya
  • .sucks (jika kamu suka main nyindir 😅)

Google sudah menyatakan semua ekstensi diperlakukan setara dalam hal peringkat pencarian — jadi jangan takut pakai ekstensi yang lebih baru dan unik.

Cek “riwayat” domain sebelum beli: karena domain bisa “didaur ulang” setelah masa sewanya habis, bisa jadi kamu nemu domain yang sebelumnya pernah dipakai orang lain. Bisa jadi itu menguntungkan (misalnya udah punya backlink dari situs lain), tapi sebaiknya kamu periksa dulu histori-nya pakai Wayback Machine — pastikan domain itu dulu nggak dipakai buat konten ilegal atau spam.

Tempat Terbaik untuk Daftar Nama Domain

Akhirnya kamu menemukan nama domain yang pas — pendek, keren, jelas, dan belum diambil siapa pun. Selamat!

Sekarang tinggal satu langkah lagi: mendaftarkannya agar jadi milikmu (atau lebih tepatnya: kamu menyewanya).

Masalahnya, ada banyak sekali penyedia domain alias registrar di luar sana. Lagi-lagi, kamu dihadapkan pada pilihan.

Secara teknis, mendaftarkan domain itu cukup standar — tapi ada satu hal penting yang perlu kamu pertimbangkan dari awal:

Karena tujuan utama punya domain adalah untuk membuat website, cepat atau lambat kamu juga akan butuh layanan hosting. Jadi, lebih praktis kalau kamu beli domain dan hosting di tempat yang sama — agar semua bisa diatur dari satu dashboard admin.

Bahkan, banyak penyedia hosting akan memberikan domain gratis untuk tahun pertama kalau kamu beli paket hosting dari mereka — lumayan hemat $10–15.

Dua penyedia yang paling populer untuk pemula maupun profesional:

GoDaddy: salah satu registrar terbesar di dunia, pilihan domainnya sangat luas.

Bluehost: terkenal di kalangan pengguna WordPress, dengan setup yang ramah pemula dan bonus domain gratis.

Pertanyaan Umum Seputar Nama Domain

Apa ekstensi domain terbaik di 2025?

.com tetap jadi standar emas, tapi .io, .xyz, dan .ai semakin populer untuk proyek teknologi dan startup modern. Pilih ekstensi yang paling cocok dengan brand dan target audiens kamu.

Haruskah saya beli .com atau pakai TLD baru?

.com bagus untuk jangkauan luas dan kepercayaan umum. Tapi TLD baru bisa bikin brand kamu lebih menonjol dan biasanya lebih mudah didapat. Selama cocok dengan branding dan audiensmu, go for it.

Bagaimana cara cek apakah domain pernah dipakai sebelumnya?

Gunakan Wayback Machine untuk melihat riwayat tampilan situs tersebut. Kamu juga bisa pakai tools seperti Ahrefs atau SEMrush untuk cek backlink dan reputasi domain sebelumnya.

Sekarang Giliran Kamu!

Punya tips tambahan untuk memilih nama domain yang keren? Atau masih bingung dan butuh bantuan menentukan pilihan?

Langsung tulis di kolom komentar di bawah, yuk kita bahas bareng!

Ayo diskusikan!